Kekuatan P2P networking
Well, lama ndak posting pasca lebaran. Maklum, penulis memang agak malas menulis (atau memang kurang hobi menulis ;P, walaupun sewaktu mahasiswa dulu pernah aktif di organisasi majalah jurusan 'media elektro') dan (juga masih) disibukkan dengan aktivitas seorang pencari kerja (maklum, sampai detik ini belum dapet "lahan tani"). Hmm, postingku kali ini bicara seputar internet. Well, mungkin diantara pembaca sudah banyak yang tahu dan pernah membaca artikel dengan topik P2P, namun banyak juga yang mungkin belum tahu atau ndak mau tahu, yaitu apa sebenarnya The Power of P2P networking. Yupp, koneksi P2P yang kumaksud adalah koneksi peer-to-peer, mungkin sebagian ada yang menyebutnya point-to-point; dalam hal ini koneksi p2p yang nyambung ke internet.Koneksi p2p dapat dilakukan antara seorang user dengan user lain secara langsung, tanpa perlu adanya server dengan bantuan sebuah program aplikasi. Masing-masing user (peer) mempunyai kemampuan yang sama untuk melakukan hubungan dan fungsi2 layaknya client-server dengan user lain.

(salah satu) kekuatan yang kumaksud tadi adalah : Berbagi...(sharing).
Sesuatu yang sifatnya 'berbagi' sepertinya lebih banyak membawa kebahagiaan bagi semua pihak. Kita bisa lihat rupanya banyak aktivitas di sekitar kita yang tidak luput dari kata 'berbagi'. Ambil contoh, fenomena warnet--satu koneksi dibagi sekian client agar rakyat kecil pun bisa mbayar ongkos ngenet = berbagi. Pemilik dan pengguna sama2 'bahagia'.
Beberapa tahun yang lalu--saat booming internet mulai menggejala, dunia per-internet-an sempat digemparkan oleh kasus Napster, yang kepada penggunanya dapat melakukan sharing file-file musik (mp3) antar user. Walhasil, dunia industri musik amrik berang, dan mengajukan napster ke hukum karena dianggap melakukan pembajakan (piracy). Napster kalah, akhirnya disuruh matiin semua server miliknya. That was the dead end of napster.
Dari generasi pertama sharing p2p--napster ini, akhirnya muncullah macem2 aplikasi p2p generasi berikutnya. Gnutella, generasi kedua p2p, versi ini mencari celah bagaimana caranya agar konektivitas p2p tidak dapat di-shut down dengan cara matiin server. Gnutella bekerja dengan ngehubungin user ke user lain secara langsung (otomatis mem-bypass server pusat). Network terbentuk dari user ke user sampe akhirnya membentuk sebuah 'giant' network. Cara ini berhasil (tidak bisa segampang napster untuk mematikan jaringan) karena sifatnya yang ter-desentralisasi dan bukan seperti napster yang ter-sentralisasi. Kerugiannya, searching file menjadi 'lemot' dan munculnya sub-network sub-network nyang nyambung satu sama lain--ibarat MLM, downline-nya udah buanyak dan 'mengakar' :P.
Generasi ketiga, seiring perkembangan teknologi & para programer pun makin sakti ilmu 'kungfu'nya, terjadi perbaikan terhadap skema p2p generasi kedua--efisiensi network dan kecepatan transfer ditingkatkan. Beberapa contoh aplikasi p2p saat ini adalah Kazaa, Morpheus, Grokster, dll. Kazaa mungkin yang cukup populer. Inti dari jaringan cem macem jenis aplikasi tadi pada dasarnya sama, yaitu bernama Fastrack network. User dari cem macem client punya akses ke file yang persis sama.
Penulis sendiri, yang masih newbie juga ;P, baru nyobain pakai program client eDonkey sama Kazaa.
Terlepas dari kontroversi p2p, pihak yang legal merasa dirugikan, khususnya yang sifatnya piracy (audio,video), juga dokumen "berharga", di pihak pengguna merasakan benefit dari ini semua :
Contoh kasus, penulis nyoba nyari2 e-book tentang cisco, dapet deh PDF 1000-an halaman "CCNA Exam 640-607 Certification Guide". Penulis lantas berujar, "wah, telmi dah gw. Kenape nggak dari dulu aja gw pake p2p buat nyari2 bahan TA gw..."
Tapi memang, dibalik "kegampangan" itu semua, tentu ada beberapa requirements, yang utama sih tidak lain dan tidak bukan: koneksi internet (unlimited).
Tentunya, seperti kata pepatah, "use it with your own risk". Bijaksanalah terhadap apa yang anda lakukan. Selamat ber-P2P!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home